Thursday, February 15, 2007

Evaluasi Keuangan

Mengevaluasi kondisi keuangan keluarga penitng dilakukan. Hasil dari evaluasi ini akan memberikan pandangan yang mendalam tentang posisi financial keluarga untuk mengembangkan kebijakan dan rencana keuangan yang akan datang. Ada empat manfaat yang bisa kita dapatkan dengan melakukan evaluasi keuangan keluarga , antara lain :
- Memberikan informasi mengenai kondisi hutang saat ini sebagai dasar pertimbangan dalam mengambil pembiayaaan berikutnya.
- Mengetahui seberapa baik kinerja keuangan keluarga dan mengapa ?
- Apa saja kekuatan dan kelemahan posisi keuangan keluarga
- Perubahan-perubahan apa yang harus diambil untuk memperbaiki kondisi pada masa yang akan datang

Untuk melakukan evaluasi keuangan ada beberapa alat ukur atau kriteria yang digunakan yaitu
I. Ratio Likuiditas : mengukur kemampuan sebuah keluarga dalam memenuhi kebutuhan jangka pendeknya yaitu kebutuhan rutin bulanan yang lazimnya dibayar dengan tunai. Pengukuran likuiditas ini dengan cara membandingkan antara asset likuid dengan kebutuhan keluarga rata-rata satu bulan. Adapun yang dimaksud asset likuid adalah sejumlah dana yang ditempatkan dalam investasi yang konservatif sehingga jika segera diuangkan tidak kehilangan nilai pokoknya seperti tabungan, deposito, reksa dana pasar uang atau emas. Misalnya total asset likuid adalah sebesar Rp 10.000.000 dan rata-rata pengeluaran bulanan keluarga adalah Rp 5.000.000,-. Dari data ini maka rasio likuiditasnya adalah Rp 10.000.000 : Rp 5.000.000 = 2. Rasio ini menunjukkan keluarga Anda mempunyai persediaan uang tunai cukup untuk kebutuhan pengeluaran 2 bulan saja. Adapun ratio likuiditas yang disarankan adalah agar sebuah keluarga mampu menyediakan uang tunai untuk kebutuhan 2 – 6 kali rata-rata pengeluaran keluarga perbulan. Nilai dibawah itu akan menyulitkan keluarga jika terjadi kebutuhan darurat yang harus segera dibayar tunai. Namun jika nilai diatas angka ratio tersebut malah tidak efisien, sebab alokasi dana yang ditempatkan kedalam investasi yang konservatif bisa jadi terlalu banyak.
II. Ratio Leverage : mengukur sejauh mana pembelanjaan keluarga dengan menggunakan leverage ( pembiayaan dengan hutang) yang dibandingkan dengan kemampuan pelunasannya. Menggunakan hutang menimbulkan risiko karena hutang menimbulkan komitmen tetap berbentuk cicilan hutang (bunga dan pokok). Karena itu kegagalan memenuhi pembayaran tersebut dapat diasosiakan dengan kebangkrutan. Namun hutang yang dikelola baik justru akan memberikan potensi pertambahan harta kekayaan . Cara menghitung ratio leverage adalah dengan membandingkan total hutang dengan total asset . Misalnya total harta yang Anda miliki adalah Rp 200.000.000,- kemudian total hutang Rp 180.000.000,-. Dari data ini rasio hutang keluarga tersebut adalah Rp 180.000.000 : Rp 200.000.000,- = 0,9. Ini berarti 90% dari harta yang Anda miliki belum menjadi milik Anda sepenuhnya, tetapi milik pihak yang memberikan hutang. Hati-hati ! jika nilai ratio hutang melebihi angka satu, berarti Anda bangkrut. Selanjutnya hitunglah ratio kemampuan pelunasan hutang dengan membandingkan total cicilan hutang keluarga per bulan dengan penghasilan bulanan keluarga. Agar sebuah keluarga dapat melunasi hutangnya maka keluarga tersebut harus mempunyai penghasilan bulanan minimal 3 kali dari cicilan hutang bulanannya. Contoh, total cicilan hutang Rp 1.000.000,- per bulan, sedangkan penghasilan bulanan Rp 3.000.000,-. Maka ratio kemampuan pelunasan hutang adalah Rp 1.000.000,-: Rp 3.000.000,- = 0,3. Ini berarti jumlah cicilan hutang hanya memakan porsi 30% atau + 1/3 dari penghasilan bulanan. Sehingga masih tersisa 70% dari penghasilan bulanan yang dinilai cukup untuk digunakan memenuhi kebutuhan hidup lainnya. Jadi kurangi pembayaran cicilan hutang bulanan keluarga jika jumlah totalnya lebih dari 1/3 penghasilan bulanan
III. Ratio profitabilitas yang menjabarkan kemampuan keluarga untuk menghasilkan keuntungan dari investasi. Sebuah keluarga dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhannya saat ini, juga di masa depan. Menyisihkan pendapatan rutinnya sebesar 10% adalah standar jumlah minimal tabungan dan investasi yang harus dilakukan. Untuk mengetahui seberapa besar kemampuan alokasi pendapatan untuk kebutuhan masa depan ini, bandingkanlah jumlah tabungan dan investasi dengan pendapatan. Misalnya total tabungan dan investasi yang dilakukan secara rutin adalah Rp 500.000,- per bulan, pendapatan bulanan Rp 5.000.000,-, maka ratio kekuatan menabung keluarga Anda adalah Rp 500.000,- : Rp 5.000.000,- = 0,1 atau 10%. Nilai dibawah 10% menunjukkan kemampuan menabung & investasi keluarga masih dibawah standar, dengan demikian semakin besar besar nilai rationya semakin baik. Return investasi berupa bunga tabungan juga bagi hasil ( deviden) maupun selisih jual beli (capital gain) produk investasi merupakan penghasilan untuk Anda. Karena itu Anda juga perlu mengukur kontribusi tabungan dan investasi dalam menghasilkan pendapatan kembali untuk keluarga. Semakin besar kontribusi penghasilan dari tabungan dan investasi, semakin kecil ketergantungan Anda dari gaji. Bandingkanlah penghasilan dari investasi dengan kekayaan bersih ( harta-hutang). Misalnya jumlah harta Rp 200.000.000,-, hutang Rp 180.000.000,- sedangkan penghasilan dari tabungan dan investasi Rp 100.000,- per bulan, maka nilai kontribusi tabungan dan investasi terhadap penghasilan adalah Rp 100.000,- : ( Rp 200.000.000-Rp 180.000.000,-) = 0,005. Artinya penghasilan dari tabungan dan investasi hanya menyumbang 0,5% saja dari kekayaan Anda, sehingga ketergantungan dari gaji sangat besar. Secara bertahap berusahalah mengurangi ketergantungan dari gaji ini dengan memperbesar alokasi dana dan efisiensi kegiatan tabungan dan investasi , agar penghasilan dari tabungan dan investasi meningkat

Membuat Rencana Keuangan

Sebuah rencana keuangan secara sederhana dapat diartikan sebagai cara-cara untuk mencapai tujuan-tujuan keuangan. Sedangkan tujuan keuangan sendiri adalah berbagai keinginan dalam hidup kita yang membutuhkan sejumlah uang untuk mewujudkannya. Ibarat sebuah perjalanan, maka tujuan keuangan adalah tempat yang akan kita datangi. Sedangkan rencana keuangan adalah cara untuk sampai ke tempat tersebut. Karena itu cara terbaik untuk sampai kepada tujuan keuangan adalah dengan membuat rencana bagaimana mencapainya. Jadi rencana keuangan berfungsi sebagai panduan atau arahan, bisa dibayangkan bagaimana orang bisa tersesat jika tidak mempunyai arah tujuan . Dengan demkian menetapkan tujuan keuangan adalah langkah pertama yang harus dilakukan dalam membuat rencana keuangan

Anda sendiri sebenarnya secara umum sudah menetapkan suatu tujuan keuangan yaitu ingin lebih kaya dan sejahtera dari tahun ke tahun. Ini sudah merupakan suatu tujuan keuangan yang membutuhkan sebuah perencanaan untuk mencapainya. Namun menetapkan tujuan keuangan menjadi kaya saja tidak cukup, sebab apa yang disebut kaya sangatlah relatif. Misalnya seseorang bisa merasa tambah kaya jika uangnya bertambah sebesar Rp 100 juta, namun belum tentu cukup kaya bagi orang lain.

Apakah Rp 100 juta, Rp 200 juta , Rp 1 milyar, dan sebagainya. Selanjutnya juga ditetapkan kapan waktu pak Rahyono ingin mencapai jumlah kekayaan tersebut, apakah 2 bulan, 6 bulan, 1 tahun, 5 tahun dan seterusnya. Melakukan hal ini akan membuat semua usaha bapak akan lebih terarah, ibarat kata akan lebih cepat sampai ke tujuan. Kebanyakan orang secara alamiah bahkan menjadi jauh lebih spesifik dalam menetapkan tujuan keuangannya. Hal ini berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan yang masih harus dipenuhi di masa depan. Misalnya mempersiapkan sejumlah uang untuk membayar uang muka rumah, membeli mobil, membayar biaya pendidikan anak, persiapan pensiun,atau bahkan berupaya keluar dari jeratan hutang dan lain sebagainya. Kebutuhan-kebutuhan inilah yang sebaiknya diprioritaskan terlebih dulu dibandingkan semata-mata ingin punya lebih dan lebih banyak uang lagi. Sebab ukuran-ukuran kekayaan dan kesejahteraan tidak akan terlepas dari pemenuhan kebutuhan prioritas terlebih dulu, dan jumlahnya bisa berbeda-beda bagi tiap orang. Tugas Andalah untuk menemukan ukuran kekayaan dan kesejahteraan Anda sendiri. Patokannya itu tadi, pemenuhan kebutuhan prioritas masa kini dan masa datang terlebih dulu, sambil meningkatkan efisiensi pelaksanaan strategi akumulasi harta kekayaan sehingga terjadilah kondisi berkelimpahan. Yang perlu dipahami adalah bahwa berkelimpahan harta hanyalah salah satu ukuran kekayaan yang bukan tidak mungkin dicapai oleh siapapun tidak terkecuali Anda. Syarat utamanya adalah mencapainya secara bertahap dengan perencanaan keuangan yang tepat.

Kalau begitu , berapa pertambahan jumlah kekayaan yang Anda ingin capai dari kondisi keuangan saat ini dan kapan ingin diwujudkannya adalah suatu ukuran yang harus Anda formulasikan. Untuk itu harus diketahui dulu bagaimana kondisi keuangan Anda saat ini , agar Anda bisa memperkirakan bagaimana bisa bergerak ke kondisi keuangan yang dinginkan selanjutnya. Jadi, hitung dulu berapa jumlah harta kekayaan dan hutang saat ini, jika jumlahnya sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan tujuan keuangan Anda, maka Anda bisa mewujudkannya sekarang, jika tidak silahkan teruskan langkah ke dua.

Setelah langkah pertama menetapkan tujuan keuangan tadi, selanjutnya membuat proyeksi keuangan sebagai langkah ke dua bisa dilaksanakan. Proyeksi keuangan intinya adalah mempersiapkan dana untuk membiayai berbagai tujuan keuangan yang sudah ditetapkan. Anda bisa mempersiapkannya dari jumlah harta kekayaan atau dana yang ada saat ini seperti ilustrasi diatas, namun jika dananya kurang Anda bisa memenuhinya secara bertahap. Mulailahlah memperhitungkan berapa kekurangan dana yang diperlukan masing-masing tujuan keuangan , bagaiamana memenuhi kekuarangan dana tersebut dan darimana sumber dananya Disinilah alokasi penghasilan rutin maupun tidak rutin untuk tabungan dan investasi menempati posisi prioritas dari anggaran pengeluaran Anda. Dalam kondisi tertentu seseorang atau sebuah keluarga mungkin harus mengurangi beberapa jenis pos pengeluaran lain agar jumlah yang yang bisa dialokasikan untuk pos tabungan dan investasi semakin besar. Bisa juga terpaksa mengurangi pos pengeluaran lain agar lebih banyak yang dialokasikan untuk cicilan hutang. Harapannya tentu saja agar cepat keluar dari jeratan hutang.

Langkah ke tiga adalah implementasi alias action ! Rencana keuangan bagaimanapun hebatnya, hanya bagus diatas kertas jika tidak dilaksanakan. Padahal keberhasilannya sangat tergantung pada pelaksanaannya. Toh sudah ada panduannya, jadi jangan ragu-ragu lagi segera laksanakan rencana keuangan tersebut.

Langkah ke empat adalah monitoring, evaluasi dan revisi. Untuk memastikan agar kita tetap pada jalur yang benar atau stay on track, maka pelaksanaan rencana keuangan harus selalu dimonitor. Caranya adalah dengan melakukan evaluasi secara berkala, minimal setahun sekali . Namun lebih baik dilakukan tiap 3 atau 4 bulan sekali. Dalam evaluasi nanti Anda akan menemukan apakah rencana-rencana sudah dijalankan, apakah memberikan hasil sesuai harapan, apa saja kendala yang ada dan kesalahan yang terjadi. Dengan demikian bisa dilakukan langkah-langkah perbaikan. Melakukan evaluasi akan memberikan Anda dasar-dasar pertimbangan dalam mengambil keputusan-keputusan keuangan di masa depan. Dan jika tujuan keuangan sesungguhnya memainkan peranan penting terhadap tujuan hidup seseorang, maka keputusan-keputusan keuangan juga tidak boleh diambil sambil lalu, melainkan dengan pertimbangan matang atas hasil evaluasi.

Terakhir , tips agar sebuah perencanaan keuangan yang sukses adalah jika secara keseluruhan memenuhi minimal tiga aspek yaitu spesifik, terukur, realistis. Barulah Anda bisa dengan mudah menerjemahkannya dalam bentuk strategi yang tertulis. Jika apa yang tertulis diatas kertas cukup sederhana dan mudah dimengerti, yakinlah bahwa Anda menjadi bersemangat melaksanakannya. Dan itulah inti rencana keuangan – dilaksanakan.